Dia yang Telah Pergi

Dia yang Telah Pergi

My lecturer "Ibu Sum" in my Memories

7 September 2010

Sebelumnya ku ingin mengucapkan "Maaf sebesar-besarnya atas begitu banyak kesalahan ku selama ini pada mu". Untuk mengucapkan langsung pada mu tidak mungkin lagi karena telah terlambat, kau telah pergi untuk selama-lamanya. Semoga di alam sana kau dapat memahami dan memaafkan ku. Tulisan ini ku buat agar tetap bisa mengenang mu dosen ku.

Pagi tadi, ku buru-buru berangkat ke kampus. Kelas di mulai jam 8. 30 sementara aku berangkat sudah jam 7.15 so di jalan terpaksa harus ngebut. Parkiran di kampus berada paling ujung untuk menuju kesana dari gerbang harus melewati jalan di depan kelas-kelas karena bentuk bangunan kampus yang memanjang. Kulihat teman-teman masih pada duduk-duduk di depan kelas yang menandakan dosen belum datang. Melihat seperti itu aku jadi rada sedikit santai menuju tempat parkir. Lain dari hari yang biasa penjaga yang selalu tersenyum ketika ku datang dan biasanya memunjukan tempat yang strategis untuk parkir motor ku, hari ini dia terlihat murung. Aku gak terpikir kenapa dia seperti itu. Bapak penjaga parkiran menghampiri ku.

"Udah dengar berita duka?"tanya nya

"Emang berita apa pak?" aku yang gak tahu balik menya

"Ibu sum sudah tiada"

"Innalillahi wainnailaihi roji'un"ucap ku dalam hati.

"Kemaren kan masih kekampus dan keliatanya sehat-sehat aja kan pak?" rasanya gak percaya karena kemaren masih meliat dia di kampus, waktu aku dengan teman-teman ku lewat di laboratorium Kimia dia sedang membaca dekat jendela lab. Dalam seminggu ini sering melihatnya walaupun gak begitu memperhatikan,"Iya, nggak menyangka" ucap bapak penjaga parkir lirih.

Kabar duka itu rupanya telah menjadi bahan obrolan teman-teman sekampus. Keberangkatan semua mahasiswa melayat sedang dipersiapkan para dosen. Kabar duka yang tak terduga. Beberapa bulan yang lalu dosen ku itu memang pernah sakit dan dirawat di rumah sakit. Bersamaan dengan dia sakit ada seorang dosen lain yang sakit juga di opname di rumah sakit yang lain namanya Bu Tini. Aku tidak menjenguk keduanya karena teman-teman pergi menjenguk sore hari. Bu Tini lebih dahulu menghadap sang khaliq dengan tak terduga juga. Waktu pergi melayat ke rumah bu Tini ada rencana beberapa orang teman itu melihat bu Sum yang katanya sudah di bawa pulang. Kata salah seorang teman rumahnya jauh karena itu ku gak jadi lagi pergi melihatnya. Bu suminah sembuh setelah Beberapa minggu sakit dan kembali berangkat kekampus lagi. Rupanya hari ini lah waktu ia pergi untuk selama-lamanya.

Jujur aku tidak baik kepadanya dan mahasiswa-mahasiswa yang lain mungkin sama seperti ku. Kita kurang menghargai dosen yang satu ini. Bu Sum tergolong dosen sepuh ,gaya mengajarnya masih cara lama. Dosen yang lain sudah menggunakan Laptop dan LCD di masih menggunakan OHP tuk menjelaskan pelajaran. Ketika dia mengajar hampir seluruh kelas sibuk dengan kerja masing-masing tidak memperhatikanya, Ada yang terawa, ngobrol, ngerjain tugas, dll. Waktu menjelaskan ia biasa tepaku dengan handoutnya, Ia lebih banyak membaca handout sehingga matanya tak tertuju pada mahasiswa-mahasiswa yang dia ajarnya. Mungkin itu salah satu juga alasan mahasiswa kurang senang dan ngerasa penjelasanya kurang menarik.Ia terlihat tidak menguasai materi yang diajarkanya. Jika lagi praktek aku dan teman-teman sering ketawa, pasalnya kalau kita bertanya jawabanya tidak jelas dan sering berbeda dengan jawaban dosen lain. Waktu ujian praktek ia dosen yang ditakuti, tegang kalu dia yang mengawasi kerja kita dan pasti ada saja yang salah. Cerita-cerita tentangnya juga menjadi kisah turun temurun yang diwariskan kakak tingkat ke adik tingkat.

Kita selalu menuntut banyak darinya, tidak puas, menyepelekan, dll. Tanpa pernah memahami kenapa dia seperti itu. Umurnya yang telah uzur mungkin menyebabkan kemunduran kualitas mengajarnya. Sudah puluhan tahun dia mengabdikan diri dikampus, beberapa dosen yang sekarang mengajar saja pernah menjadi murit dan mahasiswanya (dulu kampus ku pernah dijadikan sekolah SMP dan SMA). Kesejah teraan hidupnya terlihat tidak memadai. Menjadi dosen yang berstatus pegawai negri di kampus yang keuanganya masih diawasi pemerintah dan tidak bisa mendapat pemasukan dari mahasiswa-mahasiswa,jadi hanya bisa mengandalkan gaji. Dulu aku sering melihatnya berjalan kekampus dari tempat perhentian bis karena bisnya gak lewat persis didepan kampus. Mungkin lebih banyak lagi masalah-masalahnya yang kita tak pernah tahu dan tak ingin tahu.

Sekarang dirimu telah pergi tuk selama-lamanya. Apapun yang pernah terjadi aku tetap menganggap semuanya adalah kenangan-kenangan yang terbaik dari mu karena pengabdian yang suci dasar dari semuanya. Pengabdianmu tak ternilai walaupun dengan emas permata. Dosen ku mungkin kami takan pernah bisa membalas jasa-jasa mu hanya doa yang bisa ku panjatkan "Semoga tuhan memberikan tempat yang indah bagi mu di sana, Semoga dirimu bahagia di sana,amiiin"

Selamat jalan dosen ku, Semoga bahagia disana,amiin T.T

Subscribe to receive free email updates: